Memulai Hidup Sehat Sejak Kanak
5 jam lalu
Pola hidup sehat adalah warisan yang paling bernilai yang dapat kita tinggalkan.
***
Wacana ini ditulis oleh Nanda Liana Lubis, Luthfiah Mawar M.K.M., Helsa Nasution, M.Pd., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Aisyah Umaira, Andieni Pratiwi, Andine Mei Hanny, Dwi Keisya Kurnia, dan Naila Al Madina dari IKM 6 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.
Dalam sesi wawancara mendalam dengan beberapa individu yang aktif menekuni gaya hidup sehat, saya menemukan pola pemikiran yang konsisten: kesehatan dianggap sebagai fondasi yang sering kali terlupakan dalam hiruk-pikuk kehidupan modern. Banyak orang bekerja keras untuk mencapai target profesional, membangun karier, atau sekadar memenuhi tuntutan sehari-hari, namun lupa bahwa tubuh yang sehat merupakan modal utama untuk semua aktivitas tersebut. Seorang narasumber mengungkapkan, “Saya baru menyadari pentingnya pola makan dan olahraga setelah mengalami kelelahan kronis yang mengganggu pekerjaan saya.” Ungkapan ini menegaskan bahwa kesehatan bukan sekadar bebas dari penyakit, melainkan fondasi bagi kualitas hidup yang berkelanjutan.
Indonesia menghadapi tantangan kesehatan yang signifikan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, prevalensi penyakit tidak menular, termasuk diabetes, hipertensi, dan obesitas, masih tinggi. Ironisnya, sebagian besar kondisi ini lebih dipengaruhi oleh pola hidup yang keliru dibanding faktor keturunan. Konsumsi makanan instan, minimnya aktivitas fisik, serta tekanan psikologis yang berlebihan merupakan pemicu utama. Fenomena ini menunjukkan bahwa kesehatan sejati merupakan hasil akumulasi pilihan sehari-hari yang konsisten.
Pola hidup sehat adalah investasi jangka panjang yang akan memberi manfaat selama puluhan tahun. Mengatur asupan gizi seimbang, rutin melakukan olahraga minimal tiga puluh menit per hari, serta menjaga kesehatan mental melalui istirahat yang cukup dan interaksi sosial yang positif adalah langkah-langkah sederhana namun krusial. Data penelitian menunjukkan bahwa individu yang menerapkan kebiasaan sehat sejak dini memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit kronis di kemudian hari, sekaligus kualitas hidup yang lebih tinggi.
Sayangnya, masyarakat cenderung menempatkan rumah sakit sebagai “langkah terakhir” alih-alih melakukan pencegahan secara proaktif. Biaya menjaga kesehatan ternyata jauh lebih rendah dibandingkan biaya pengobatan jika penyakit sudah muncul. Pemerintah melalui program promotif dan preventif, seperti kampanye “Germas” (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat), telah berupaya mendorong kesadaran ini. Namun, efektivitas program tersebut tetap bergantung pada partisipasi aktif masyarakat. Tanpa keterlibatan individu dan keluarga, upaya tersebut berisiko menjadi slogan semata.
Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan perlu dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Anak-anak yang terbiasa mengonsumsi sayur, buah, dan air putih, serta dibiasakan bergerak aktif, akan tumbuh menjadi generasi yang lebih tangguh menghadapi tekanan hidup. Remaja yang memahami pentingnya kesehatan mental akan lebih siap menghadapi tantangan akademik maupun sosial. Hal ini sejalan dengan data dari World Health Organization, yang menekankan bahwa pendidikan kesehatan sejak usia dini berkontribusi signifikan terhadap penurunan risiko penyakit tidak menular.
Pola hidup sehat juga berdampak nyata terhadap produktivitas kerja. Banyak perusahaan kini menyadari bahwa karyawan yang sehat bekerja lebih efektif, jarang absen, dan memiliki motivasi lebih tinggi. Sejumlah organisasi menyediakan fasilitas olahraga, program kesehatan mental, serta cuti khusus pemulihan, sebagai upaya menciptakan lingkungan kerja yang mendukung. Peningkatan produktivitas ini tidak hanya menguntungkan individu, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Menjaga kesehatan adalah tanggung jawab kolektif. Pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan media massa memiliki peran masing-masing. Pemerintah perlu memperkuat regulasi dan menyediakan fasilitas kesehatan yang terjangkau. Dunia usaha berperan menciptakan budaya kerja yang mendukung kesehatan. Media massa harus aktif menyebarkan informasi akurat tentang gaya hidup sehat dan memerangi hoaks kesehatan. Masyarakat sendiri tidak boleh pasif; langkah-langkah sederhana yang dilakukan di rumah memiliki efek kumulatif yang sangat besar.
Selain peran keluarga, dunia pendidikan memegang peranan penting dalam membentuk kebiasaan hidup sehat. Sekolah dan perguruan tinggi seharusnya menanamkan kebiasaan sehat melalui program rutin, seperti olahraga bersama, sarapan sehat, serta edukasi tentang kesehatan reproduksi dan mental. Generasi muda adalah aset bangsa. Membekali mereka dengan pengetahuan dan kebiasaan sehat sejak dini akan menciptakan masyarakat yang lebih tangguh di masa depan. Intervensi pendidikan yang sistematis memungkinkan internalisasi nilai kesehatan lebih efektif dan berkelanjutan.
Pada akhirnya, pola hidup sehat adalah warisan yang paling bernilai yang dapat kita tinggalkan. Bukan harta, jabatan, atau status sosial, tetapi teladan bahwa kesehatan adalah prioritas. Tubuh yang sehat, pikiran yang jernih, dan lingkungan yang mendukung akan membekali generasi mendatang menghadapi kompleksitas zaman. Investasi ini dimulai dari kebiasaan kecil hari ini: berjalan kaki untuk jarak dekat, mengurangi makanan cepat saji, atau meluangkan waktu berbincang hangat dengan keluarga. Kebiasaan sederhana ini, jika dilakukan konsisten, akan menjadi fondasi bagi masa depan yang sehat dan produktif.
Menjalani pola hidup sehat bukan sekadar memperpanjang usia, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup. Tubuh yang bugar dan pikiran yang jernih memungkinkan kontribusi lebih besar bagi keluarga, masyarakat, dan bangsa. Dengan demikian, kesehatan adalah modal sosial yang tidak ternilai, sebuah aset yang menghasilkan manfaat luas bagi semua lapisan masyarakat. Mari mulai menanam investasi ini sekarang, karena masa depan yang sehat berakar dari kebiasaan yang kita pilih hari ini.
Corresponding Author: Nanda Liana Lubis ([email protected])

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Demi Apakah Harus Begadang?
5 jam laluBaca Juga
Artikel Terpopuler